Latest Article Get my latest posts by subscribing this site

Festival Bukan Sembarang Festival (Part III)

Narsis duluuuu...!!! Sesaat setelah penampilan di babak penyisihan
Tapi akhirnya rasa capek,lapar ngantuk,keram,kesemutan,pegel linu,rematik,asam urat,darah tinggi,semuanya terbayar lunas,tuntas saat panitia mengumumkan kalo team dari Remaja Masjid Ar-Rasyid jadi nama terakhir yang disebutkan panitia masuk ke dalam 6 team terbaik yang berhak tampil di babak final pada malam harinya untuk memperebutkan juara 1,2,3 dan harapan 1,2 dan 3.Belum kelar kebahagiaan yang kami rasakan,atas keberhasilan team menembus babak final.Dari kejauhan gue denger sayup-sayup suara panitia dengan pengeras suaranya,mengumumkan tentang ketentuan lomba buat team yang masuk babak final,yaitu masing-masing peserta diberikan waktu selama 15 menit untuk tampil diatas panggung.Dan ini yang ngebuat kami seperti diseruduk kebo galau karena diputusin pasangannya (Malah gak nyambung).

Ada yang ngomel-ngomel gak jelas,ada yang garuk-garuk kepala,ada juga yang beli camilan di warung sebelah.Semua ekspresi gak jelas ini dirasakan sebagai tanda kurang puas terhadap keputusan panitia yang menambah durasi waktu kepada tiap team peserta yang akan tampil di babak final.Karena jauh hari sebelum lomba dimulai,gak ada aturan yang ngebahas di dalam rapat atau technical meeting tentang penambahan durasi tampil di babak final.Dan jelas ini sangat disayangkan oleh para peserta.Bagaimana enggak,kebanyakan peserta udah capek-capek latihan buat nyesuaiin waktu yang ditetapkan oleh panitia sebelumnya.Yaitu,7 menit pada babak penyisihan,dan 10 menit pada babak final.Jelas ini akan memakan waktu latihan ekstra untuk nyesuaiin lagi dengan durasi waktu 15 menit yang dirubah panitia secara tiba-tiba.Jika lebih 15 menit,nilai akan dikurangi.

Gak mau larut dalam perdebatan panjang masalah durasi waktu,kami memutuskan untuk bergegas pulang dan kembali ke base camp tempat latihan untuk berlatih dan membahas aransemen yang pas demi mendapatkan racikan irama dan penampilan terbaik yang akan kami tampilkan.1 jam udah berlalu,tapi kami masih berkutat dengan perbaikan aransemen yang akan dibawakan pada babak final malam harinya.Belum lagi bahas masalah kostum yang mau dipake,apakah pake kostum ala power ranger,wiro sableng,ultramen ataukah kostum superman yang tingkat ciri khasnya selalu diinget sepanjang jaman,kostum dengan celana dalam diluar??(Halah).

Festival Bukan Sembarang Festival (Part II)

Penampilan adek-adek team junior yang gak kalah "Menggilanya"
Dalam perjalanannya,gak gampang sebenernya buat nyatuin temen-temen agar bisa kumpul bareng buat latihan,karena kesibukan dan lain hal.Sama juga yang dirasain sama adek-adek junior kami,gak gampang dalam memilih siapa aja yang masuk untuk menjadi personil team junior.Karena semuanya juga pengen ikut jadi personil team,demi suatu kebanggan bisa tampil di ajang tahunan Festival Bedug.Bagi mereka,tampil di ajang festival ini,sama bangganya seperti suatu negara yang bisa tampil di ajang piala dunia (Sangar yaaa??hihihi).Tapi sayangnya gak semua bisa ikut serta,harus ada yang dipilih untuk bisa masuk ke dalam team junior.Setelah menyaring dan mengaudisi secara ketat (Seketat kaos stoking),akhirnya terbentuklah formasi team junior dengan personil 12 orang : 

Helmi              : Sebagai Pemukul Tumbuk

Sahid               : Sebagai Pemukul Bedug

Oma                : Sebagai Pemukul Bedug

Bayu                : Sebagai Pemukul Bedug

Fahmi              : Sebagai Pemukul Rebana

Rijal                 : Sebagai Pemukul Rebana

Aden               : Sebagai Pemukul Rebana

Reza                : Sebagai Pemukul Rebana

Aldi                 : Sebagai Pemukul Rebana

Fadhil              : Sebagai Vokal Utama

Fito                  : Sebagai Back. Vokal 1

Amin               : Sebagai Back. Vokal 2

Latihan rutin terus kami jalani,bareng team junior yang juga penuh semangat.Biasanya gue menginstruksikan sama adek-adek junior buat latihan sekitar jam setengah 9 malem.Kadang latihan juga digeber siang hari selepas mereka pulang sekolah.Hal ini dilakuin karena beberapa personil belum juga lancar dalam memainkan alat musik dan banyak yang lupa alunan instrument yang udah dilatih bareng.

Tapi,singkat kata,singkat cerita dan dengan sesingkat-singkatnya,setelah melewati detik,menit,hari dan minggu gue bareng temen-temen dan juga adek-adek team junior,bersama dalam “karantina” di base camp berukuran kurang lebih sekitar 3x4 meter (Kurang lebih ya,karena gue sendiri gak pernah ngukur,hehehe) letaknya tepat di lantai 3 Masjid Ar-Rasyid untuk intens berlatih,maka tibalah hari H.Emang waktu cepet banget berlalu.And it’s time to Festival Musik Bedug Tradisional dan Gema Takbir begin. Kami (baca : gue dan temen-temen) udah siap untuk bersaing dengan team peserta dari perwakilan remaja masjid lainnya untuk memperebutkan 6 tempat sebagai team terbaik yang berhak untuk melaju ke babak final malam harinya.Tapi sebelumnya semua team peserta harus melewati babak penyisihan terlebih dahulu yang dimulai dari siang sampe sore hari.Tepat sekitar jam 11 siang babak penyisihan dimulai,kebetulan team gue mendapatkan no undi 16.Di babak penyisihan setiap team peserta diberi durasi waktu 7 menit untuk tampil diatas panggung,unjuk aksi dan keterampilan serta kreativitas dalam “meracik” aransemen dan memainkan alat musik.

       Sebenernya team dari Remaja Masjid Ar-Rasyid mengirimkan 2 wakilnya,yaitu team junior dan senior.Team Junior berisi talenta-talenta dari beberapa santri Masjid Ar-Rasyid,rata-rata usia sekolah,dari 13-17 tahun.Sedangkan team senior diisi oleh orang-orang yang multitalenta usia kuliah dan bekerja.Contohnya aja ne yaa…Seperti oki,temen gue ini,selain mampu berkomunikasi secara gak wajar,dia juga mahir maen ps 2 dan ps 3 dengan sangat baik.Hamdan,yang wajah dan rambutnya ini mirip kayak naruto,mampu membuat temen-temennya ketawa terpingkal-pingkal dengan celotehan gak jelasnya serta mampu kentut dengan durasi yang lama dan mengeluarkan aroma yang sangat menyengat indera penciuman (semoga yang bersangkutan gak sempet baca tulisan gue,hehehe).Kalo Iwan,selain punya bentuk tubuh yang proporsional dia juga selalu eksis dengan gaya foto bibir mencucu kayak ikan pari dan punya bentuk kaki yang luar biasa indahnya,seindah bentuk ikan koi.Lah…Gue sendiri bingung,multitalenta apa yang gue punya,malah gue ngerasa gue banyak kekurangannya. Mungkin kekurangan gue cuma satu,enggak punya kelebihan (hehehe).

        Jumlah peserta yang mengikuti festival tahun itu sebanyak 22 team dari beberapa perwakilan Remaja Masjid dan Komunitas yang ada di Kabupaten Buleleng.Festival Musik Bedug Tradisional dan Gema Takbir ini diadakan pada tanggal     dan bertempat di Ex.Pelabuhan Buleleng.Walopun babak penyisihan dimulai pada siang hari,tapi antusiasme masyarakat untuk menyaksikan dan mendukung team kesayangannya tetep membara meski terik mentari siang itu lumayan menyengat.Sorak sorai masing-masing pendukung team terus bergema,gak brasa capek meski keringet mulai bercucuran,rasanya pantang mundur dukung team yang dibela untuk ngasih semangat.

Festival Bukan Sembarang Festival (Part I)

Ini adalah cerita tentang perjalanan `gue bareng temen-temen sewaktu mengikuti sebuah festival di tahun 2013 lalu.Festival yang menurut gue dan temen-temen udah seperti ajang “Piala Dunia,” dimana terdapat team-team hebat yang siap berkompetisi.Adu teknik,skill dan kreativitas pastinya akan tersaji diatas panggung.Dan festival ini juga sarat akan gengsi,yang membuat team peserta akan berusaha semaksimal mungkin menampilkan yang terbaik untuk jadi yang terbaik.Gue dan temen-temen pun menyongsongnya dengan penuh antusias tinggi demi menggapai asa meraih sebuah prestasi tertinggi dalam ajang ini.

Tapi,ini bukan tentang festival band pelajar,festival burung kicau,festival makan krupuk,ataupun festival ikan hias.Festival yang gue ikuti bareng temen-temen adalah “FESTIVAL MUSIK BEDUG TRADISIONAL DAN GEMA TAKBIR”.Ya…Festival ini merupakan ajang tahunan yang diadakan oleh Panitia Hari Besar Islam (PHBI) setiap tahunnya untuk memperingati malam takbiran menjelang hari raya idul adha.Emang sih…Tingkatannya masih taraf kabupaten.Tapi antusiasme masyarakat terhadap festival ini sangatlah tinggi dan animonya sangat luar biasa.Biasanya…Di Singaraja,yang merupakan daerah tempat tinggal gue,festival semacam ini merupakan ajang yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat.Karena ajang festival ini,selain menjadi ajang silaturrahmi,juga menjadi ajang adu kreativitas antar “REMAJA MASJID SE-KABUPATEN BULELENG”.

 Nah…Adu kreativitas yang gue maksud disini adalah masing-masing team peserta dari remaja masjid yang mewakili masjid masing-masing diharapkan mampu untuk “meracik” aransemen musik dengan baik diikuti lantunan gema takbir dengan benar dan sebaik-baiknya.Karna sifat festival ini adalah pengkolaborasian antara musik tradisional dengan suara lantunan gema takbir.Jadi,sesuai dengan tema yang diusung oleh panitia,alat-alat musik yang digunakan haruslah bersifat tradisional,seperti bedug,rebana,kentungan,tumbuk (sejenis alat musik pukul seperti jimbe,biasanya digunakan pada musik islami,seperti marawis,japin,dll).Alat musik yang gue sebutin tadi merupakan alat musik yang boleh dibawa dan digunakan oleh peserta,berdasarkan hasil keputusan bersama dalam rapat dan technical meeting.Gue sendiri bareng temen-temen tergabung dalam REMAJA MASJID AR-RASYID (REMAS),yang mewakili Masjid Ar-Rasyid yang letaknya di sebuah perkampungan gang sempit padat penduduk.

Cikal bakal festival bedug menyambut hari raya idul adha ini,sebenernya udah mulai diadakan pada tahun 2008 dengan format lomba bedug dan gema takbir,barulah pada tahun 2009 formatnya berubah menjadi festival.Selain gue,temen-temen gue yang juga ikut ambil bagian dalam festival ini ada Nanda,Hamdan,Oki,Rifki,Iwan,Achir,Arif,Dian,Wahid dan Kholik.Karna jumlah personil dari setiap team itu dibatasi maksimal 15 orang,makanya kami siap tampil dengan formasi team kesebelasan REMAS F.B.C  (Remaja Masjid Festival Bedug Club,hehehe).

Selama 2 minggu lebih gue bareng temen-temen mempersiapkan diri dan team,agar bisa tampil maksimal.Mulai dari kumpul bareng di base camp tempat biasa gue dan temen-temen latihan,untuk mencari inspirasi aransemen musik,saling bertukar ide,bertukar kolor,bertukar souvenir,bertukar BH (lohh…).Berusaha untuk mencoba aransemen baru dengan warna yang beda,masing-masing mengeluarkan gagasan,ide dan pendapatnya mengenai aransemen yang akan dibawakan,tapi tetep aja mentok,belum ketemu sama aransemen yang diinginkan.

Disinilah awal perjuangan yang gue lewati bareng temen-temen.Siang,sore dan malam,gue bareng temen-temen lewati buat latihan rutin,mencoba untuk meluangkan waktu dari aktivitas sekolah,kuliah ataupun kerja demi menyongsong harapan menjadi team terbaik lewat latihan dan kerja keras.Dan gak jarang selama latihan selalu aja ada hal menarik yang gue temuin.Mulai dari canda tawa,perdebatan,emosi,saling jahilin temen,jengkel,ngata-ngatain orang,jungkir balik,cerita hal gak penting sampe pernah gak jadi latihan gara-gara waktunya diabisin buat cerita tentang hal-hal yang memalukan dan konyol.Tapi anehnya hal-hal seperti itu yang membuat kami (baca : gue dan temen-temen) malah semakin akrab dan penuh dengan rasa kekeluargaan.Salah satu moment yang gak bisa gue lupain sewaktu latihan malem hari,tiba-tiba lampu base camp mendadak mati,seisi base camp histeris,teriakan gak jelas gue denger disana sini,suasana jadi gelap gulita,gue terpesona bercampur haru.
“Ada apakah gerangan??kenapa lampu tiba-tiba mendadak mati”??
“Apakah ini kerjaan makhlus halus yang merasa terganggu dengan latihan kami”??
“Pemadaman listrik bergilir kah??atau malah sabotase”??

Bulu kuduk gue merinding,jantung hampir copot,asma kambuh,pengen pipis,keringet dingin bercucuran,air liur menetes dan hawa gak enak mulai terasa.Tapi gue berusaha nenangin diri supaya gak panik,ditengah rasa cemas dan khawatir gak karuan,gue lihat dari kejauhan tampak cahaya berwarna kuning mendekat,semakin lama semakin dekat dan terus mendekat.Tiba-tiba,muncul sesosok makhluk dengan rambut terurai tepat di pintu masuk ruang base camp.

“Haahh…Siapakah dia??apa dia kolong wewe,kuntilanak,mak lampir,nini pelet,omelet,tempe penyet,atau kah monyet”??Bukan…bukan…!!!Sekelebat gue liat dia gak berekor dan juga gak berbulu kayak monyet.Sorotan cahaya berwarna kuning tersebut menghalangi pandangan gue untuk melihat dia secara gamblang.Terdengar suara aneh menyambut…

“HAPPY BIRTHDAY TO YOU…HAPPY BIRTHDAY TO YOU….”

Gue tersentak,
“Sejak kapan makhluk astral ngucapin selamat ulang tahun??”
“Trus siapa yang ulang tahun??perasaan ultah gue lagi lama deh”

Gue baru sadar ketika lampu base camp nyala,ternyata dia temen gue,seorang cewek cantik berwajah Arab,Pakistan dan India masuk ke ruang base camp pengen ngasih surprise buat pacarnya yang sedang berulang tahun.Kebetulan pacar nya juga ikut latihan di base camp.Dengan membawa sebuah kue lengkap dengan lilin-lilinnya, sepertinya surprise yang doi ciptakan berhasil membuat sang pujaan hati epilepsinya kambuh karna kaget bukan kepalang.Seketika suasana latihan berubah menjadi group paduan suara dadakan dengan nada yang gak terdeteksi.Tanpa aba-aba,seisi ruangan langsung nyanyi bareng,diiringi dengan suara pukulan perkusi,diselingi  tepuk tangan,menyatu menjadi sebuah musik latar yang ngawur.

“HAPPY BIRTHDAY TO YOU…HAPPY BIRTHDAY TO YOU…”
“HAPPY BIRTHDAY…HAPPY BIRTHDAY…HAPPY BIRTHDAY TO YOU…”

Si cewek pun nyodorin kue yang dibawanya kehadapan cowoknya,wajahnya berubah jadi merah padam,pucat pasi,hitam pekat,mungkin gak nyangka bakalan dapet surprise kayak gini.Dengan tersipu malu si cowok berdiri,bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri cewek tambatan hatinya mirip kayak sinetron FTV yang tayangnya hampir tiap hari.Gak lupa,gue yang berdiri di sampingnya langsung mengabadikan moment membahagiakan ini dengan kamera ponsel yang gue punya.

“TIUP LILINNYA…TIUP LILINNYA…”
“TIUP LILINNYA SEKARANG JUGA”
“SEKARANG…JUGA…SEKARANG…JUGA…”

Serunya Observasi ke Desa Tenganan, Karangasem-Bali (The End)

Saat berpose di depan pintu masuk Desa Adat Tenganan
Sehabis makan siang bareng Pak Komang dan anak-anaknya,kami pun berpamitan untuk langsung menuju Desa Tenganan,tempat tujuan kami observasi.Rasa lelah dan penat seketika gak kami rasakan.Pengalaman yang sangat berharga,karena bisa mengunjungi salah satu objek wisata yang sangat kental dengan nuansa adat dan istiadatnya.Gak salah kalo Bali jadi destinasi wisata paling diminati oleh wisatawan lokal maupun asing,gak salah deh,kalo banyak orang dulu yang bilang,objek wisata yang ada di Bali itu merupakan salah satu dari kekayaan alam dan anugerah Tuhan yang semestinya harus dijaga,dilestarikan dan dibanggakan.

             Pulau Dewata Bali juga dikenal sebagai kawasan wisata budaya dan tradisi. Untuk bisa ketemu dengan beragam peninggalan budaya dan adat-istiadat masyarakatnya, pengunjung harus menjangkau desa-desa wisata yang jumlahnya gak sedikit. Di pedesaan wisata tersebut, masyarakatnya masih hidup secara tradisional lohh…dan juga masih mempertahankan peninggalan leluhur nenek moyangnya sampai sekarang. Yang harusnya ditiru oleh kami sebagai warga asli Bali,adalah keteguhannya dalam memegang dan menjalankan situs budaya yang udah digariskan oleh para pendahulunya.
       Hampir 1 jam kami mengarungi indahnya panorama alam dan sejuknya udara selama perjalanan,akhirnya kami pun tiba di Desa Tenganan.Dari informasi yang kami dapet setelah searching di google ternyata secara administratif desa Tenganan itu terbagi dalam lima banjar dinas, yaitu Dauh Tukad, Pegringsingan,  Gumung, Bukit Kangin, dan Bukit Kauh. Khusus Pegringsingan dan Dauh Tukad, keduanya punya banyak kesamaan dalam budayanya. Tempat pertama yang menjadi observasi kami adalah Desa adat Tenganan Pegringsingan yang berada di sebuah lembah dan diapit oleh bukit dengan luas wilayah mencapai 917.200 ha.letaknya di kecamatan Manggis, kabupaten Karangasem dan terdiri dari tiga banjar yaitu: banjar Kauh, banjar Tengah dan banjar Pande.

Sebelum kami masuk ke Objek wisata Desa adat Tenganan ini,kami semua pada repot  nyiapin “peralatan tempur” demi kelancaran observasi kami.Anna,Era,Dwi dan Eva sibuk dandan agar terlihat perfect di depan kamera.Sedangkan gue dan Deddy sibuk memperbaiki celana yang melorot,memijat-mijat pantat masing-masing yang “keram” akibat kelamaan duduk selama perjalanan.

Serunya Observasi Ke Desa Tenganan, Karangasem-Bali (Part II)

Saat rehat di Kintamani bareng temen kelompok gue
Selepas rehat di penelokan,kami pun melanjutkan perjalanan ke tempat yang semestinya kami tuju,TENGANAN…WE ARE COMING…!!!Begitulah semangat yang kami dengungkan.selama perjalanan yang lumayan melelahkan ini,gue gak pernah melepaskan pandangandi sekitar tempat yang kami lewati.Jalanan yang menanjak,berbelok serta dikelilingi dengan pepohonan rimbun menambah keeksotikan panorama alam,menemani perjalanan kami demi menghilangkan kepenatan dan kejenuhan di dalam mobil,karena perjalanan memang lagi lumayan jauh.

“Kita mampir sebentar ke rumah Om gue dulu yaa” Dedy tiba-tiba menawari.
“Emang rumah Om loe dimana Ded??” Tanya gue.
“Deket kok,pokoknya rumahnya deket sama Polsek Karangasem” Jawab Dedy.
“Yaa udah deh,gak apa,sekalian kita istirahat bentar disana” Sahut Anna.
“Ide yang cemerlang,Tanncaappp…!!!” Dwi dan Era serentak menimpali dengan penuh birahi.

Eva yang duduk di pojok deretan kursi belakang hanya tertegun,wajahnya pucat pasi,mirip kayak putri kaisar yang gak PUB 3 hari 3 malam (Memprihatinkan….).Sepertinya dia kelelahan akibat perjalanan jauh,terlihat jelas dari guratan kulit wajahnya yang mulai mengelupas (Horror banget yaakk…).

Seketika suasana di dalam mobil yang tadinya sunyi senyap kayak hutan belantara berubah jadi kayak segerombolan orang yang lagi nonton dangdut koplo di tengah lapangan gersang.Ditambah lagu yang mengiringi dari player musik di dashboard mobil sungguh menggairahkan.

“JANGAN GANGGU BANCI…!!!
  JANGAN GANGGU BANCI…!!!
  JANGAN GANGGU BANCI…!!!
  JANGAN GANGGU…!!!”

(Emang siapa yang mau ganggu,kan kami pada normal semua,kecuali Dedy,hahaha…)

Perjalanan seru ini kembali berlanjut,saat kami sedang asyik dengan suasana di dalam mobil,tiba-tiba kebingungan melanda ketika kami tiba di persimpangan jalan.

“Ini lewat mana yaa??Perasaan dulu jalannya gak kayak gini deh.”Dedy bertanya dan bingung sendiri.
“Emang dulu sewaktu loe lewatin jalan ini kayak gimana?Kapan?Umur berapa?
7 tahun?Yaa jelas beda lah..!!”Gue jawab dengan asal.
“Enggak rick,baru-baru ini aja kok rick,tapi kok beda yaa??”
“Jangan-jangan kita salah jalan ne ded??”Gue coba menerawang.
“Gue yakin sih enggak,tapi bisa jadi juga sih.”Jawab Dedy manteep. 

Kami ber 6 di dalam mobil sempet panik.Dedy yang dengan semangatnya ngajakin mampir ke rumah Om nya malah hilang arah.Dedy bingung,laahh…apalagi gue!!Anna,Era,Dwi dan Eva hanya bisa pasrah dalam renungan do’a,sambil komat-kamit gak jelas.

Serunya Observasi ke Desa Tenganan, Karangasem-Bali (Part I)

Desa Tenganan Karangasem-Bali
Sebagai seorang mahasiswa yang punya cita-cita tinggi,gue selalu berusaha untuk jadi mahasiswa teladan,yang keteladanannya bisa gue ceritain nanti sama anak cucu gue.Salah satunya adalah gue kerap kali datang ke kampus tepat 30 menit setelah jam belajar dimulai,bahkan kadang lebih (Rrruuaarrr Binasahh...ini sih bukan TELADAN,ini namanya mahasiswa TELATAN).Begitulah gue,gue emang susah kalo datang tepat waktu.Gue seperti terkena wabah virus TE 3 EL 4 TE alias T3L4T yang susah banget buat disembuhin.Tapi dibalik sisi “remang-remang” gue itu yang tidak sepatutnya dicontoh.Ada kebanggan yang “menyelinap” dalam diri gue,kebanggan yang sampai saat ini masih gue rasakan.Yaitu,kebanggan kalo segenap dosen masih betah liatin gue di kelas dan berkenan mengizinkan gue untuk mengikuti mata kuliah yang diajarkan (hehehe).

Ngomong-ngomong tentang sepak terjang dunia perkuliahan,pasti yang namanya kuliah gak pernah lepas dari seabrek tugas yang mesti digarap.Dan ini yang terkadang membuat kebanyakan mahasiswa/i ngomel-ngomel atau mencak-mencak gak jelas.Sepertinya tugas kuliah menjadi momok yang “angker” buat mahasiswa/i.Karena mungkin tugas yang diberikan belum sepenuhnya dimengerti atau yang lebih parahnya memang males buat ngerjain tugas (hahahaha).Mungkin juga ini adalah kebijakan dunia pendidikan di kampus yang mau gak mau,ikhlas gak ikhlas,terima gak terima,yaaa...harus diterima dengan lapang dada dan mesti dikerjakan,TITIK...!!!Tujuannya tidak lain dan tidak bukan demi mencerdaskan kehidupan Bangsa dan Negara (Dahsyaaatt...!!!).

Pada suatu kesempatan,Bapak Ketut Suardika, SE.,MM,dosen pengajar mata kuliah Pengantar Pariwisata,dosen yang selalu menekankan pentingnya kemandirian berwirausaha dan menjadi pengusaha muda ini memang namanya sudah gak asing di seantero kampus gue,memberikan tugas kepada seisi kelas (waktu itu gue baru semester II),untuk membuat makalah tentang objek pariwisata yang ada di Bali.Secara berkelompok,terdiri dari 4-7 orang.Seketika suasana kelas yang tadinya rame berubah jadi lebih rame mirip seperti orang yang lagi demo di depan pasar.Karena teman-teman yang lain pada sibuk mencari teman untuk diajak bergabung dalam kelompok.Syukurnya,gue gak terlalu susah untuk mencari teman kelompok,karena gue biasanya selalu kompak untuk berkelompok dengan sahabat-sahabat gue yang unyu-unyu.Mereka adalah : Anna,Era,Dwi dan Dedy.Pada saat diskusi,sempat terjadi kebingungan untuk mencari objek pariwisata mana yang akan kami kunjungi.
 
Support : Membaca Itu Asik | Makin Banyak Tau
Copyright © 2014. Merekam Jejak Hidup Lewat Tulisan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger