Saat rehat di Kintamani bareng temen kelompok gue |
“Kita mampir
sebentar ke rumah Om gue dulu yaa” Dedy tiba-tiba menawari.
“Emang rumah Om
loe dimana Ded??” Tanya gue.
“Deket kok,pokoknya
rumahnya deket sama Polsek Karangasem” Jawab Dedy.
“Yaa udah
deh,gak apa,sekalian kita istirahat bentar disana” Sahut Anna.
“Ide
yang cemerlang,Tanncaappp…!!!” Dwi dan Era serentak menimpali dengan penuh
birahi.
Eva
yang duduk di pojok deretan kursi belakang hanya tertegun,wajahnya pucat
pasi,mirip kayak putri kaisar yang gak PUB 3 hari 3 malam
(Memprihatinkan….).Sepertinya dia kelelahan akibat perjalanan jauh,terlihat
jelas dari guratan kulit wajahnya yang mulai mengelupas (Horror banget yaakk…).
Seketika
suasana di dalam mobil yang tadinya sunyi senyap kayak hutan belantara berubah
jadi kayak segerombolan orang yang lagi nonton dangdut koplo di tengah lapangan
gersang.Ditambah lagu yang mengiringi dari player musik di dashboard mobil
sungguh menggairahkan.
“JANGAN GANGGU
BANCI…!!!
JANGAN GANGGU BANCI…!!!
JANGAN GANGGU BANCI…!!!
JANGAN GANGGU…!!!”
(Emang siapa
yang mau ganggu,kan kami pada normal semua,kecuali Dedy,hahaha…)
Perjalanan
seru ini kembali berlanjut,saat kami sedang asyik dengan suasana di dalam
mobil,tiba-tiba kebingungan melanda ketika kami tiba di persimpangan jalan.
“Ini
lewat mana yaa??Perasaan dulu jalannya gak kayak gini deh.”Dedy bertanya dan
bingung sendiri.
“Emang dulu
sewaktu loe lewatin jalan ini kayak gimana?Kapan?Umur berapa?
7 tahun?Yaa
jelas beda lah..!!”Gue jawab dengan asal.
“Enggak
rick,baru-baru ini aja kok rick,tapi kok beda yaa??”
“Jangan-jangan
kita salah jalan ne ded??”Gue coba menerawang.
“Gue yakin sih
enggak,tapi bisa jadi juga sih.”Jawab Dedy manteep.
Kami
ber 6 di dalam mobil sempet panik.Dedy yang dengan semangatnya ngajakin mampir
ke rumah Om nya malah hilang arah.Dedy bingung,laahh…apalagi gue!!Anna,Era,Dwi
dan Eva hanya bisa pasrah dalam renungan do’a,sambil komat-kamit gak jelas.
“Gimana
kalo kita Tanya sama mbah google??” Tiba-tiba Anna yang duduk di kursi tengah
paling pojok berceletuk mengeluarkan kejeniusannya.
“Sekalian
aja,kenapa tadi gak bawa kompas dari rumah Na,kalo tau kita nyasar kayak gini.”
Sahut gue sambil gigit bibir.
“Siapa yang
punya HP yang ada GPS nya??” Tanya Era.
“Coba
pake GPS aja biar kita tau letak posisi kita ada dimana,siapa tau dengan
bantuan GPS kita bisa sampai tujuan dengan selamat,sehat wal afiat” Era
menjelaskan panjang lebar.
“Kenapa
kita gak nanya aja sama orang sekitar jalan ini aja,mungkin mereka ada yang tau
arah jalan menuju rumah Om loe Ded??” Eva memberikan usul.
“Iyaa…Kenapa
kita gak nanya aja sama warga sekitar??” Dwi ikut-ikutan ngejelasin dengan
tampang manisnya,semanis gula batu.
Ditengah
badai cobaan yang melanda ini,sepertinya usulan Eva yang paling realistis buat
dijalani.Setelah mencoba bertanya kesana,kemari,kesitu,kesini tiada henti tuk
mendapatkan petunjuk yang pasti.Alhasil…Kami pun malah tambah nyasar.Dedy
terlihat sibuk nelpon Om nya,nanyain arah jalan mana yang tepat untuk bisa
sampai ke rumah Om tercinta.Sekitar 1 jam lebih kami muter-muter menyusuri
jalan,seperti petugas sensus penduduk,bertanya pada segenap warga yang kami
temui.Gak brasa,kami udah mengarungi jalan yang berliku,lewati beberapa
persimpangan,mulai dari jalanan
menanjak,turunan,kenaikan,kemelorotan,kemelaratan dan tibalah pada tahap
kelaparan.
Dengan
usaha pantang menyerah dan dengan mengikuti intruksi dari Om nya Dedy lewat
telpon,kami pun sampai di kediaman Om nya dedy tepat sekitar jam 1 siang.Kami pun
disambut dengan hangat oleh keluarga besar Pak Komang Sudiarta (Om nya
Dedy).Dengan wajah kucel karna kecapean selama perjalanan,kami dipersilahkan
masuk dan beristirahat sejenak di “Bale bengong (gazebo) yang terletak di
halaman belakang.” Rumah yang lumayan luas dengan ornamen bali menghiasi sudut
ruangan ini terletak di daerah Selat,Karangasem,ditempati oleh Pak Komang
Sudiarta bersama dengan istri dan anak-anaknya (Gue lupa siapa nama istri dan
anak-anaknya,gue juga lupa berapa Pak Komang punya anak,hehehe).Dengan
perawakan tinggi besar,berpenampilan gagah,Pak Komang Sudiarta ini berdinas di
kesatuan Provos polsek daerah Selat,Karangasem.
Suasana
kekeluargaan yang kental membuat kami betah berlama-lama di rumah itu.Apalagi
saat istri Pak Komang Sudiarta keluar sambil menggendong anak ceweknya yang
paling bontot,seketika itu jiwa keibuan dari Anna,Era,Dwi dan Eva muncul ke
permukaan.Mereka pada rebutan untuk ikutan menggendong balita yang memang wajahnya
lucu dan ngegemesin.Tingkah polahnya membuat mereka tambah nafsu buat jadi “ibu
angkat” sementara.Terutama si Eva yang udah lama malang melintang di dunia
anak,karena profesinya yang berkaitan sama kelahiran bayi,membuat Eva suka
banget sama anak kecil.Untung gue udah gede,andaikan gue masih kecil,pasti gue
udah duluan digendong sama Eva dan gue merengek-rengek minta disusuin (hehehe).Gak
berselang lama,hidangan berupa buah-buahan dan minuman teh botol dingin nongol
di hadapan kami (Lumayan…buat ngeganjel perut yang mulai keroncongan).
Karena
waktu yang terbatas,membuat kami gak bisa lama-lama bersantai.Kami harus tiba
di Desa Tenganan sebelum sore hari agar kami pulangnya gak terlalu malem.Segera
kami berpamitan kepada keluarga besar Pak Komang Sudiarta untuk melanjutkan
perjalanan demi tugas mulia dari kampus.Tapi Pak Komang menghentikan niat kami
untuk melanjutkan perjalanan,beliau malah menawarkan kami untuk makan siang
dulu di warung deket rumahnya.Kami sempet menolaknya karena kami buru-buru agar
cepet sampai tujuan.Tapi Pak Komang meyakinkan kami kalo jarak dari rumahnya ke
Desa Tenganan gak terlalu jauh.Jadi,gak akan memakan waktu lama.
Tepat
sekitar jam 2 siang,kami pun diajak ke warung deket rumahnya dengan mengendarai
2 mobil.Pak komang dengan mobil Avanza hitamnya turut serta mengajak
anak-anaknya,kecuali si bontot yang gak ikut.Si mungil yang lucu tetep betah
dalam gendongan ibunya sambil sesekali melambaikan tangan kecilnya ketika kami
berpamitan.Mobil Pak Komang berada di barisan depan sebagai penunjuk jalan
menuju warung terdekat.Sesampai di warung kami pun langsung dipesankan makanan
oleh Pak Komang.Siang itu kami bersantap dengan wajah berseri-seri,menandakan
cacing di dalam perut udah gak berontak lagi.Anak-anak nya Pak Komang juga ikut
bersantap dengan lahapnya.Bener-bener Suasana kekeluargaan yang gak akan pernah
kami lupakan.
Dibawah ini adalah penampakan ketika gue dan teman-teman menjalani serunya syuting pembuatan video tugas observasi di Desa Tenganan,Karangasem Bali :
0 komentar:
Posting Komentar